Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegangan antarnegara. Di era “ Perang Dingin” itu konflik utama dunia terjadi antara paham kapitalis pimpinan AS melawan paham komunis milik RRT dan Uni Soviet. AS bersiap-siap mengirim ratusan ribu pasukan untuk menghabisi komunis Korea Utara.
Sementara itu, perkembangan politik di Indonesia semakin membuat Amerika bereaksi. Partai nkomunis tumbuh menjadi salah satu partai besar dan banyak pendukungnya. Komunis yang basis pendukungnya terletak pada masyarakat kelas bawah, dianggap menawarkan program yang lebih nyata dibandingkan program yang ditawarkan oleh partai lainnya. Saat itulah kebencian AS terhadap Indonesia memuncak, yang dibuktikan dengan tindakan nyata berupa penghentian bantuan
Teriakan Soekarno segera menggema di seluruh Indonesia. Sebagai seorang pemimpin Negara yang relative baru saja melepaskan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang, Presiden Soekarno lah menerapkan kebijakan berani : berdiri pada kaki sendiri atau disingkat berdikari
Keberanian Soekarno itu sayangnya harus terhambat oleh adanya perpecahan dan naiknya suhu politik dalam negeri. Munculah tiga kubu yang dominant untuk terciptanya sebuah permusuhan. Kubu pertama adalah unsur kekuatan Presiden RI, yakni Presiden RI sebagai kepala Negara, kepala pemerintahan, sekaligus juga sebagai pemimpin besar revolusi, yakni Ir. Soekarno . Kubu kedua terdiri dari unsur kekuatan TNI AD, yang didalamnya terpecah lagi menjadai dua kubu, yakni kubu Ahmad Yai dan kubu Nasution. Soeharto awalnya termasuk Nasution, walaupun akhirnya mendirikan kubu sendiri. Kubu ketiga adalah unsur PKI berkekuatan tiga juta anggota. PKI didukung oleh sekitar 17 juta anggota organisasi-organisasi onderbouw seperti BTI, SOBSI dan Gerwani. Dengan jumlah itu PKI didukung merupakan partai komunis terbesar ketiga di dinia setelah partai komunis di RRT dan Uni Soviet
Perpecahan ini memuncak ketika secara mengejutkan muncul satu kubu lagi. Tidak pasti dan tidak ada kejelasan kelompok ini mendukung kubu yang mana. Namun yang jelas, apa yang dilakukan kubu baru ini mengubah segalanya. Dialah kubu perwira menengah yang menamakan dirinya Dewan Revolusi. Siapa yang membentuk juga tidak jelas. Kelompok ini dipimpin Letkol. Untung sebagai ketuanya. Letkol. Untung sepertinya menggunakan teori “mengail di air keruh”, bergerak ditengah-tengah perseteruan yang ada.
Bagaimana Sosok Letkol Untung itu ?
Sosok Letkol. Untung itu dikenal cukup kontroversial. Nama Untung selalu erat dengan konotasi kekejaman serta penculikan, dengan seragam Cakrabirawanya mengadakan rapat-rapat penting. Paling tidak begitulah G30S/PKI versi layar kaca di masa orde baru. Seiring dengan jatuhnya pemerintahan Orde Baru, orang semakin kritis dan mulai berani bertanya, benarkah Letkol. Untung melakukan gerakan penculikan di bawah arahan PKI?
Apa yang dilakukan Letkol. Untung masih merupakan mistri tersendiri. Jangankan gerakannya, nama Untung saja sudah cukup mengundang kesimpangsiuran. Nama belakangnya masih menyimpan misteri. Untung Sutopo kah ? Atau Untung Syamsuri? Sebuah surat kabar yang terbit tahun 1969 memberitakan persidangan Untung di Mahmilub (Mahkamah militer luar biasa). Dalam persidangan itu, disebutkan namanya adalah Untung Sutopo. Di lain kesempatan, Untung sering juga disebut sebagai Untung Syamsuri. Ada dugaan Syamsuri merupakan nama ayahnya. Jika dugaan ini benar maka nama sebenarnya menjadi Untung Sutopo bin Syamsuri.
Bagaimanapun juga Letkol. Untung, tokoh kunci gerakan Sqeptember 1965 adalah satu lulusan terbaik Akmil (Akademi Militer). Sosoknya pendiam dan kharismatik. Pada masa pendidikan ia bersaing dengan Benny Moerdhani, perwira muda yang juga sangat menonjol dalam lingkup RPKAD (Resimen Pukan komando Angkatan Darat). Keduanya semakin dikenal publik ketika sama-sama bertugas dalam oprasional perebuatan Irian Barat.
Di sisi lain, Untung juga dikenal sebagai salah satu anak buah Soeharto yang saat itu dipercaya menjadi Panglima Mandala. Agak bertolak belakang dengan karakter kejam yng melekat pada dirinya, Untung dikenal sebagai orang yang taat dan rajin melakukanberibadah. Sebelum ditarik ke Resimen Cakrabirawa, Untung pernah menjadi Komandan Batalion 545/ Banteng Raiders yang berbasis di Srondol, Semarang. Batalion ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang setara dengan Yonif Linud 330/ Kujang dan Yonif Linud 38/ Kujang II. Dmi dalam peristiwa G30S ini. Banteng Raiders berhadapan dengan pasukan elite RPKAD dibawah komando Sarwo Edhie Wibowo.
Setelah G30S meletus dan dinyakatan gagal dalam oprasinya, Untung melarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya sebelum kemudian ia tertangkap secra tidak sengaja oleh dua orang anggota Armed di Brebes.Jawa Tengah. Ketika tyertangkap, Ia tidak mengaku Untung. Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak menyangka bahwa tangkapannya adalah mantan pimpinan oprasional G30S. Setelah mengalami pemeriksaan di markas CPM (Corps Polisi Militer) Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung
Setelah melalui sidang Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) yang sangat cepat dan tanpa publikasi yang luas, Letkol. Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 1969, empat tahun setelah G30S mengobarkan pemberontakannya. Hukuman mati itu diyakini banyak pihak tanpa prosedur yang jelas dan terkesan ditutup-tutupi serta banyak terjadi kejanggalan atau cacat hukum. Persidangan tokoh kunci seperti Letkol. Untung seharusnya menjadi berita besar dan disorot media d alam mapun luar negeri. Namun pada kenyataannya proses persidangannya tidaklah pernah terpublikasi secara luas hingga saat ini.
Peristiwa G30S mau tidak mau mengundang berbagai pertanyaan. Salah satunya adalah benarkah PKI yang memerintahkan penculikan para jenderal ? Sebagai sebuah partai, PKI berkembang dengan pesat, terutama pada ttahun 1951-1964. Jumlah anggotanya meningkat 12.000 menjadi 3 juta terdaftar. PKI juga mengorganisir dan membimbing berbagai macam organisasi front spesialis, dalam sektor- sektor tradisional seperti petani, pemuda, wanita hingga buruh. Keanggotanya mencapai 12 juta orang. Apa yang dilakukan letkol. Untung hingga selalu dikaitkan dengan PKI? Lalu kenapa masanya yang berjumlah lebih dari sepuluh juta itu tidak membantunya
Yang pasti , keberanian Letkol. Untung untuk melakukan kudeta berdarah itu akan selalu menjadi kenangan walau tidak pernah ada yang tahu siapa sebenarnya dalang utama Gerakan 30 September.
Kedekatan Letkol. Untung dengan Soekarnodan Soeharto
Bagi Soeharto, Letkol. Untung bukanlah orang lain. Hubungan keduanya cukup erat apalagi dulunya Soeharto pernah menjadi atasan Untung di Kodam Diponogoro. Indikasi kedekatan tersebut terlihat pada resepsi pernikahan Untung yang dihadiri oleh Soeharto beserta Ny. Tien Soeharto. Pernikahan itu berlangsung di Kebumen beberapa bulan sebelum gerakan itu meletus. Kedatangan seorang komandan pada resepsi pernikahan anak buahnya sebenarnya merupakan hal yang wajar. Namun mengingat jarak yang cukup jauh antara Kebumen dengan Jakarta apalagi di tahun 1965 transportasi belum semudah sekarang. Muncul dugaan adanya motif lain yang mungkin sja didorong oleh kedekatan hubungan antara Soeharto dengan Untung. Bahkan muncul pula rumor yang mengatakan bahwa pernikahan itu terselenggara atas bantuan Soeharto dan keluarganya.
Dalam suatu kesempatan, Kolonel Latief berkata, “ Untung itu kesayangan Pak Harto. Kedekatan hubungan ini tampak pula saat Soeharto melarang Letkol. Untung menerima tawaran Soekarno untuk menjadi pengawal khusus presiden. Soeharto masih membutuhkan Untung menjadi bawahannya di KOSTRAD.
Kembali, suatu mistri yang tak terpecahkan hingga sekarang. Seperti apakah hubungan Soeharto dengan Untnung? Dan bagaimana kaitannya dengan peristiwa September 1965? Akibat yang paling fatal adalah pertanyaan yang paling mendasar, siapakah dalang dalang dan otak sesungguhnya dari GErakan 30 September itu?
Ketidakjelasan nasib para tokoh PKI dan juga para pelaku G30S, ikut menambah rumit konspirasi yang terjadi. Berapakah tokoh inti sudahlah jelas dan terang nasibnya dengan mengalami eksekusi secara resmi maupun tidak resmi di depan regu tembak seperti Brigjen Supardjo, Sudisman yang anggota Politbiro PKI dan Dipa Nusantara Aidit yang menjadi ketua PKI. Dalam hal ini Aidit mati ditembak Kolonel Jasir Hadibrotos, yang mengaku bahwa ia telah membunuh ketua PKI Aidit ketika ditangkap melarikan diri, lalu Jasir menembaknya. Skenario standar yang mudah ditembak. Dengan demikian Aidit tidak bisa membela diri di depan siding pengadilan, dan karenanya pula penguasa dengan leluaSa dapat menyiarkan pengakuan Aidit yang palsu. Kolonel Jasir Hadibroto ini justru di hadiahi Soeharto dengan kedudukan sebagai Gubernur lampung. Dalam hal ini tentu saja Soeharto sendirilah yang bertanggung jawab. Karena pembunuhan itu hanya terjadi sesudah Jasir Hadibroto menerima perintah dari Soeharto
Sementara itu Nyoto tidak diketahui sampai sekarang rimbanya. Tanggal 11 Maret 1966 sepulangnya dari siding cabinet- Nyoto adalah sekelompok slah satu menEtri di Kabinet Soekarno. Ia di culik oleh sekelompok orang yang tidak diketahui identitasnya dalam perjalannya pulang menuju rumahnya di jalan Tirtayasa. Ada beberapa tahanan politik yang pernah mlihatnya di Rutan Salemba tapi setalah itu tidak melihat lagi karma kemudian terhembus kabar bahwa Nyoto sudah dieksekusi di salah satu Kepulauan Seribu di teluk Jakarta. Hal ini menjadi suatu fenomena menarik adalah perlakuan ekstra judicial bagi para elite politik PKI. Jika ditelaah dan diperhatiokan, mereka tidak pernah diadili secara hokum dan menjalani tahap persidangan. Misteri demi mistri tidak terungkap hingga kini.
Dipihak lain, Letkol. Untung sangat dekat dengan Soekarno. Untung juga merpakan orang kepercayaan Soekarno. Hal ini bisa dilihat dari ungkapan Presiden Soekarno seusai menyamatkan Bintang Sakti kepada Mayor Infantri Benny Moerdani dan Letnan Kolonel Untung Sutopo, sebagai penghargaan atas keberanian mereka yang luar biasa dalam merebut kembali Irian Barat.. Bung Karno berucap, “ Bunga Mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbak itu tersebar disekelilingnya. “ Meskipun tidak secara langsung, kata-kata pujian Soekarno itu disampaikan untuk Benny dan Untung. Mereka memang pantas atas pujian itu karena keduanya adalah tokoh pemberani dan perwira muda angkatan darat saat itu tahun 1963. Keduanya dianggap berjasa besar terhadap bangsa dan Negara ketika berhasil merebut kembali Irian Barat.
Letkol Untung adalah Komandan Batalion 454 / Banteng Raiders, sebuah batalion yang berbasis di Srondol, Semarang. Setelah peristiwa G30S, kode angkanya diubah menjadi 401, Sebagai upaya menghapus jejak kelam dalam peristiwa tersebut. Setelah menunjukan prestasi cemerlang di Irian Barat, Untung dan Benny dipanggil oleh presiden Soekarno, untuk diminta sebagai pengawal Soekarno, dalam resimen cakrabirawa yang baru akan dibentuk. Namun Benny, dengan keberanian luar biasa, sanggup menolak permintaan Soekarno. Sebaliknya, Untung menerima tawaran tersebut hingga ia menjadi Komandan Batalion I/Men. Cakra. Dari sanalah Letkol. Untung menjadi salah satu orang kepercayaan Soekarno. Sebagai tokoh senior di Cakrabirawa, Letkol. Untung mengetahui banyak tentang Soekarno yang merupakan sosok pimpinan tertinggi Negara yang wajib dilindunginya
Jalan hidup mereka kemudian berpisah di situ, Karier Militer Benny Moerdhani bertahan hingga masa Orde Baru. Di era pemerintahan Soeharto, Benny Moerdani menjadi salah satu jenderal yang menduduki jabatan penting. Hanya saja tradisi ketidakpuasan dikalngan AD terjadi lagi antara perwira tinggi dan perwira menengah. Isu keinginan Benny untuk menjadi presiden sampai juga di telinga Soeharto. Pada tahun 1989. Benny pun diberhentikan dari jabatan Pangab.
Sementara itu, Untung rekan seperjuangan Benny tidaklah seberuntung namanya. Karier militernya terkubur bersama jasadnya di depan regu tembak di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 1969. Ironisnya, dia tidak mampu membela diri dan tidak ada yang membelanya.
Apabila kita lihat gambaran singkat diatas. Letkol. Untung adalah seorang pejuang yang loyal terhadap kepemimpinan Soekarno. Muncul dugaan bahwa kesetiaannya kepada Soekarnolah yang membuatnya melakukan Gerakan 30 September. Kenapa demikian? Letkol Untung telah jelas-jelas menunjukan ketidaksukaannya terhadap Dewan Jendral yang dianggapnya sebagai kumpulan tokoh yang ingin mengambil-alih kekuasaan Soekarno. Dewan Jenderal menurut versi Letkol. Untung adalah sekelompok pejabat tinggi yang hidup enak di atas kesengsaraan rakyat miskin kala itu. Dewan Jenderal juga merupakan orang-orang yang berhubungan dengan AS. Dengan alasan itulah dia mengumpulkan beberapa perwira menengah untuk menghadapkan Dewan Jendral kepada Presiden
Namun rencana tinggal rencana. Campur tangan pihak ketiga menjadikan penjemputan itu sebagai srana untuk melakukan pembantaian dan pembunuhan. Tidak pernah ada yang tahu siapa dalang sesungguhnya., namun Letkol. Untung-lah yang nyata-nyata menjadi pemimpinnya
Beberapa sumber juga menyebutkan kalau kudeta berdarah yang dilakukan oleh Letkol. Untung adalah atas dasar kecemburuan sosial, dikarenakan para perwira tinggi AD yang diculik dan akhirnya dibunuh itu hidup serba kecukupan, sementara perwira menengah seperti dirinya sangat kekurangan secara ekonomi. Sosok Letkol. Untung adalah tokoh kunvi yang berani bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya . Lihat saja pengakuan Bungkus yang controversial itu..
Letkol Untung yang pernah memperoleh didikan politik dari tokoh PKI, Alimin itu kemudian lebih dikenal sebagai ketua Dewan Revolusi dan dia membawahi beberapa tokoh lainnya; Brigjen. Supardjo, Letkol. Udara Heru Atmojo, Kolonel L. Sunardi, dan Ajun Kombes. Pol. Anwas (Diumumkan oleh Bagian Penerangan Gerakan 30 Septemberr pada tangga; 1 Oktober 1965).
Letkol Untung pernah mengumumkan tentang pembentukan Dewan Revolusi Indonesia sebagai perlawanan terhadap Dewan Jenderal yang diyakini akan melakukan kudeta pada tanggal 5 Oktober bertepatan dengan ulang tahun ABRI yang ke -20. Dari beberapa macam narasumber, diduga Dewan Jendral merupakan gerakan subversive yang disponsori oleh CIA dan bekalngan sangat aktif terutama dimulai ketika Presiden Soekarno menderita sakit serius.. Oleh karena itu untuk mencapai tujuannya, Dewan Jenderal merencanakan pameran kekuatan pada hari Angkatan Bersenjata 5 Oktober tahun 1965, dengan mendatangkan pasukan –pasukan dari Jawa Barat. Dengan terkonsentrasinya kekuatan militer besar ini di Jakarta, Dewan Jenderal bahkan telah merncanakan untuk mengadakan coup kontrarevoluioner. Letnan Kolonel Untung mengadakan gerakan yang ternyata telah berhasil dengan baik. Dan demi untuk menyelamatkan bangsa dan Negara dibawah Soekarno, maka Letkol. Untung lalu melakukan gerakan yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965. Letkol. Untung menamakan gerakannya itu sebagai gerakan Dewan Revolusi sesuai dengan nama dewan yang dibentuknya bersama beberapa tokoh perwira menengah untuk menjadi oposisi dari Dewan Jendral.
Apa yang dilakukan Letkol.Untung merupakan sebuah revolusi besar-besaran dengan membunuh para perwira AD yang dianggap membayakan pemerintahan Soekarno dan Dewan Jenderal merupakan tokoh-tokoh antikomunis. Beberapa pihak menyebut dewan Revolusi adalah kelompok pejabat miskin yang merasa kurang puas dengan keberadaan mereka, sehingga mereka melakukan kudeta para Jenderal yang kehidupan ekonominya lebih dari cukup. Dewan Revolusi Indonesia yang dibentuk oleh Gerakan 30 September akan dengan konsekuen melaksanakan” Panca Azimat Revolusi”, melaksanakan ketetapan MPRS, putusan-putusan DPR-GR ( Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) dan putusan DPA ( Dewan pertimbangan Agung). Dan Revolusi Indonesia tidak akan mengubah politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dan anti-Nekolim demi perdamaian di Asia Tenggara dan dunia. Juga politik mengenai konferensi Asia –Afrika (KAA) II dan CONEFO (adalah akronim yang diciptakan Soekarno untuk Conference of Newly emerging Force), serta konfortasi terhadap Malaysia dan KIAPMA serta kegiatan-kegiatan internasional yang sudah ditetap dilaksanakan dilangsungkan di Indonesia tetap akan diselenggarakan.
Letnan Kolonel Untung itu sebagai Komandan Gerakan 30 September menyerukan kepada seluruh seluruh rakyat Indonesia agar terus mempertinggi kewaspadaan dan membantnu Gerakan 30 September dengan sepenuh hati untuk menyelamatkan Republik Indonesia dari perbuatan-perbuatan jahat Dewan Jenderal dan kaki tangannya, agar dapat melaksanakan “ amanat penderitaan rakyat”, dalam arti kata sesungguhnya. Kepada para Perwira, bintara, dan tamtama Angkatan Darat diseluruh Tanah Air,Letnan Kolonel Untung menyerukan supaya bertekad dan berbuat untuk mengikis habis pengaruh-pengaruh Dewan Jenderal dan kaki tangannya dalam angkatan darat. Jendera-jenderal dan perwira-perwira yang gila kuasa, yang melantarkan namsib anak buah, yang diatas tumpukan penderitaan anak buah hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya mnghina kaum wanita dan menghambur-hamburkan uang Negara, harus ditendang keluar dari angkatan darat dan diberi hukuman setimpal. Angkatan Darat bukan untuk jenderal-jenderal, tetapi milik semua prajurit Angkatan Darat yang setia kepada cita-cita revolusi Agustus 1945.
Kepada pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata di luar Angkatan Darat, komandan Letnan Kolonel Untung menyatakan terima kasihnya atas bantuan mereka dalam tindakan pembersihan dalam angkatan Darat dan mengahrapkan supaya dalam angkatan masing-masing juga diadakan tindakan pembersihan terhadap kaki tangan dan simpatisan-simpatisan Dewan Jenderal. Letkol. Untung pernah mengeluarkan dekrit yang sangat gegerkan . Dekrit tersebut diumumkan melalui stasiun RRI. Pada pukul 14.00, RRI mengumumkan Dekrit No. 1 tentang Pembentukan Dewan Revolusi.
Ratusan perwira (terbanyak dari unsure AD) Berhasil dikuasi Letkol. Untung. Komitmen dengan perwira-perwira itu boleh dikata sangat solid. Beberapa orang dari perwira tersebut kemudian menjadi pelakui langsung dari gerakan, seperti Kolonel Abdul Latief (Komandan Brigif 1 Kodam V Jaya), Brigjen. Supardjo, Kolonel Suherman (Asisten 1 Pangdam VII Diponegoro), Kolonel Udara Sudiono, dan Mayor Udara Sujuno.
Saat itu dikenal sebuah lembaga rahasia yang bernama Biro Khusus yang digunakan untuk menghubungkan antara Aidit dengan pihak militer. Hal yang perlu ditekankan di sini, perwira-perwira yang masuk dalam jaringan Biro Khusus tidak bisa diklaim sebagai anggota PKI . Karena merke hanya berhubungan dengan Biri Khusus, bukan dengan PKI Sebagai organisasi. Sebagaimana kita ketahui bahwasannya Letkol. Untung hanyalah seorang Letnan Kolonel. Namun itu bukanlah satu alas an untuk melakukan sebuah judeta berdarah. Bahkan ketika usai Gerakan 30 September bayak kalangan tidak percaya bahwa gerkan itu hanya dipimpim Letkol. Untung, bukan oleh perwira lain yang pangkatnya lebih tinggi. Terlepas dari pengaruh apa yang diambil oleh Letkol. Untung, dia memang benar-benar telah memimpin gerakan
DAFTAR PUSTAKA
Eros Djarot, dkk, Siapa Sebenarnya Soeharto. Jakarta: Mediakita, 2006
Gerakan 30 September “ Pemberontakan PKI” Latar Belakang, aksi dan Penumpasannya. Jakarta:Ghalia Indonesia. 1994
Sudisman, Pledoi Sudisman: Kritik dan Otokritik Seorang Politbiro CC PKI. Jakarta: TeploK Press, 2001
Wardaya, Baskara T., Bung Karno Menggugat! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian massal ’65 hingga G30S. Yogyakarta: Galang Press,2006
Kamis, 22 April 2010
Jumat, 09 April 2010
Ekspedisi Kon -Tiki di Kawasan Pasifik
Berbicara masalah bagaimana ekspedisi yang dilakukan oleh Kon-Tiki ke Samudra Pasifik pastinya akan membawa kita ke hal yang menyeramkan. Hal ini bukan tanpa alasan untuk diutarakan, berdasarkan beberapa sumber dari internet yang saya baca bahwasannya ekspedisi Kon-Tiki ini merupakan perjalanan yang mendebarkan. Bagaimana tidak dikatakan mendebarkan, Perjalanan Kon-Tiki bersama lima orang awak lainnya ke Samudra Pasifik yang dianggap sangat luas itu menggunakan parahu rakitan yang terbuat dari beberapa kayu. Ekspedisi yang dilakukannya itu pastinya dibutuhkan suatu keberanian yang ekstra dan motivasi yang kuat. Keenam awak kapal rakitan itu memulai ekspedisi dari Callao di Peru pada tanggal 28 April 1947 dan berlabuh di pulau Raroria di Polynesia setelah melakukan perjalanan selama 101 hari.
Di dalam buku yang berjudul “ Kon-Tiki: Menyebrangi Pasifik dengan rakit” Thor Heyerdahl mengisahkan perjalannya bersama kelima awaknya itu. Dalam perjalan itu mereka mengambil kesimpulan bahwasannya apa saja yang telah jatuh ke dalam laut, pastilah tidak dapat diambil kembali. Salah satu dari lima awak kapal rakit yang bernama Herman Watzinger dikatakan dalam buku itu dia kehilangan keseimbangan sehingga ia akhirnya jatuh ke laut. Rakit yang terhempas oleh ombak lautan yang ganas menyulitkan Herman untuk menepi ke rakit itu karena angin yang besar sehingga menjauhkannya dari rakit. Kelima awak yang lain bernusaha membantu tetapi apa daya mereka hanya bisa melihat dengan penuh kebingungan bagaimana caranya menolong rekannya. Mereka berusaha melemparkan pelampung beserta tali, namun kekuatan ombak yang ganas menghempaskan tali itu sehingga menyulitkan Herman untuk mendapatkan tali yang disodorkan temannya itu. Ketika melihat temannya kelalahan menyelamatkan diri, ada salah satu dari temannya yang bernama Knute Haugland yang berani mengambil resiko dengan menyeburkan diri ke laut untuk menyelematkan temannya dengan menggunakan pelampung dan akhirnya dengan cara di giring ke rakit akhirnya Herman selamat dari ganasnya lautan samudra yang luas. Apa yang dilakukan oleh Knute Haugland adalah resiko besar. Ia sendiri dapat tewas oleh gelombang lautan. Tetapi kalau ia tidak mengambil resiko itu, temannya pastilah tenggelam
Cerita di atas adalah sepenggal cerita dari perjalannya Kon-Tiki ketika mengarungi samudra pasifik dan akhirnya dia menemukan gugusan pulau-pulau di sekitar Pasifik. Perjalannya yang panjang dan menyeramkan membawa nama dia dikenal karena ekspedisinya itu. Ekspedisi ini merupakan salah satu ekspedisi yang benar-benar beresiko dan memerlukan nyali yang besar.
Selain hal diatas, ada yang ingin saya paparkan tetapi masih ada hubungan dengan cerita di atas yaitiu mengenai Teori Ras Polynesia yang dicetuskan Thor Heyerdahl bahwa Polynesia tidak dihuni oleh orang dari Asia Tenggara, seperti yang selama ini dipercayai, tetapi dari Amerika. Hipotesa yang dibuat oleh Heyerdahl itu ditanggapi secara dingin, sehingga dia memutuskan untuk menunjukan apa yang dipercayainya itu adalah benar. Heyerdahl melakukan pelayaran pada tahun 1947 bertolak dari Peru dengan enam awak, berlayar menuju Pulau Tuamotu di Polynesia dalam perjalanan yang sekarang dikenal dengan nama Kon-Tiki. Perjalanan yang dilakukannya itu memakan waktu tiga bulan sekaligus perjalananya itu merupakan kesuksesan akademis. Buku yang di tulis Heyerdahl setelah ekspedisi tersebut,” India Amerika di ,Pasifik” mendukung teorinya dengan bahan lengkap yang memberikan kepercayaan terhadap pertanyaannya. Di dalam bukunya Heyerdahl menyatakan bahwa imigran pertama dari Polynesia datang dari Peri pada sekitar tahun 500 AD, dan bahwa gelombang imigran datang dari pantai Barat Laut Amerika Utara dari tahun 1000 hingga 1300 AD.
Untuk mendukung teorinya, Heyerdahl memimpin ekspedisi erkelogi Norwegia menuju Pulau Galapagos pada tahun 1953. Ekspedisi ini menemukan bukti untuk teori Heyerdahl, dalam bentuk brang purbakala peninggalan suku asli India Amerika, mulai dari periode Inca dan pra Inca
Mungkin hanya seperti ini mengenai teori ras Polynesia yang bisa saya paparkan. Mungkin pemamaparan saya kurang lengkap dikarenakan sumber bacaan yang terbatas.
Sumber
"http://www.bethanychurchsydney.org.au/blog/wp-content/themes/glossyblue-1-4/glossyblue-1-4/style.cs
"http://www.norwegia.or.id/misc/rssfeed.aspx?guid={483680C6-02D6-4A8B-870B-BBA4126AF3B7}">
Peranan K.H. Usman Dhomiri Dalam Pengembangan Tarekat Tijaniyah 1930-1955
K.H. Usman Dhomiri berperan dalam menyebarkan dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah di Cimahi bahkan sampai ke beberapa daerah lain di Jawa Barat. Walaupun tidak ada data yang menyebutkan jumlah pengikut Tarekat Tijaniyah antara tahun 1930-1955, namun wilayah penyebaran para wakil talqin dan mubaligh menjadi salah satu indikasi sejauh mana luas pengaruh K.H. Usman Dhomiri dalam penyebaran Tarekat Tijaniyyah.
K.H. Usman Dhomiri menyebarkan Tarekat Tijaniyyah karena terikat pada kewajiban yang berkaitan dengan statusnya dalam struktur kepemimpinan Tarekat Tijaniyyah. Kedudukan K.H. Usman Dhomiri yang mula-mula berkedudukan sebagai badal/mubaligh, kemudian menjadi khalifah al-mursyid, sampai akhirnya K.H. Usman Dhomiri menduduki posisi puncak dalam hierarki kepemimpinan Tarekat Tijaniyah sebagai mursyid. Semakin tinggi kedudukannya, maka semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk mengembangkan Tarekat Tijaniyah. Semakin tinggi kedudukannya dalam struktur kepemimpinan Tarekat Tijaniyah, semakin besar pula peranannya dalam menyebarkan dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah.
Cara dan pola yang dilakukan oleh K.H. Usman Dhomiri dalam menyebarkan Tarekat Tijaniyyah menunjukkan ketidaksamaan dengan cara dan pola yang dilakukan sebagian besar kiai tarekat di Indonesia. Untuk mencapai kedudukan yang kuat, mula-mula ditariknya kiai-kiai pemimpin pondok pesantren. Melalui cara demikian maka kegiatan tarekat akan lebih mudah diterima oleh segala kalangan. Di sisi lain bergabungnya kiai-kiai pemimpin pondok pesantren membuat orang-orang dari lapisan bawah lebih mudah untuk ditarik mengikuti ajaran Tarekat Tijaniyah. Ditariknya orang-orang dari lapisan bawah menjadikan Tarekat Tijaniyah yang disebarkan oleh K.H. Usman Dhomiri menjadi tarekat yang bersifat sangat terbuka bagi siapa pun. Untuk mengokohkan eksistensi kepemimpinannya di masyarakat, K.H. Usman Dhomiri selalu berbaur di dalam masyarakat untuk senantiasa mengajarkan mengenai bagaimana akhlak dan akidah yang benar. Pembangunan akhlak dan akidah yang benar akan berbanding lurus dengan loyalitas mereka pada ajaran Tarekat Tijaniyah. Ajaran ini disebarkan oleh K.H. Usman Dhomiri kepada seluruh lapisan masyaraka - baik kalangan kiai maupun kalangan bawah – yang sama-sama memanifestasikan fungsinya untuk mendukung eksistensi kepemimpinan K.H. Usman Dhomiri dan penyebaran Tarekat Tijaniyah.
Kepemimpinan karismatik K.H. Usman Dhomiri semakin kokoh karena rakyat berhadapan dengan kolonialisme. Pada saat krisis atau masa peralihan, efektivitas kepemimpinan amat bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai pemimpin K.H. Usman Dhomiri dapat dikategorikan sebagai pemimpin karismatik karena pengabdiannya pada kesucian dan dianggap oleh para pengikutnya dapat mengantarkan mereka pada pengabdian yang nyata kepada Allah swt, K.H. Usman Dhomiri memperlihatkan bahwa kepemimpinannya bermanfaat bagi masyarakat. Keputusan untuk tidak tidak bersikap kooperatif terhadap pihak kolonial menunjukkan konsistensinya dalam melawan bentuk-bentuk praktik kolonialisme. Kemampuan K.H.Usman Dhomiri dalam mengaktualisasikan harapan dan persepsi masyarakat di masa kolonialisme ini telah mengokohkan keberlangsungan kepemimpinannya itu yang juga berkorelasi dengan tersebar luasnya ajaran Tarekat Tijaniyah yang dia kembangkan.
Langganan:
Postingan (Atom)