Oleh
Deden Wahyudin, S.S
Paparan tentang penggunaan metode arkeologi meliputi tahap observasi, tahap deskripsi, dan tahap ekplanasi dalam menangani situs Bojongmenje.
Dalam penerapannya di lapangan, data arkeologi secara umum dikumpulkan melalui tiga dasar, yaitu observasi meliputi kegiatan penjajagan, survei (termasuk wawancara) dan ekskavasi. Masing-masing metode menunjuk cara kerja yang berbeda yang berbeda tergantung pada sifat keletakan data. Misalnya data yang ada di permukaan tanah, di dalam tanah, dan dibawah air. Selain itu, diterapkan juga tata cara pengumpulan data secara spesifik dengan menggunakan teknologi yang tinggi, misalnya pemanfaatan foto udara. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan survei di lapangan, terdapat tiga cara kerja, yaitu survey permukaan tanah, survey bawah permukaan tanah, dan survei udara. Implikasinya, pelaksanaan ekskavasi juga akan mencakup ekskavasi arkeologi darat (terrestrial archaeology) dan ekskavasi arkeologi bawah air (underwater archaeology).
Dalam hal ini saya akan menganalisis bagaimana penggunaan metode arkeologi dalam menangani situs Bojongmenje. Bojongmenje ditemukan secara tidak sengaja oleh karena itu sifat datanya terbatas. Walaupun begitu untuk bisa menemukan data tentang keberadaan candi Bojongmenje maka bisa menggunakan metode arkeologi.
Untuk melaksanakan penelitian arkeologi menurut aturan dalam metode arkeologi yang pertama melakukan tahapan observasi. Tahapan observasi ini meliputi:
1. Penjajagan
Penjajagan dalam arkeologi adalah pengamatan tinggalan arkeologi di lapangan untuk memperoleh gambaran tentang potensi data arkeologi dari suatu tempat areal. Seperti jenis tinggalan arkeologi atau luas situs atau luas situs. Dalam penjajagan ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap keadaan lingkungan dan pencatatan tentang jenis tinggalan arkeologi (archaeological remains) kemudian menandai ke dalam data ( plotting). Penjajagan ini memberikan 2 kemungkinan. Yaitu:
merupakan langkah awal bagi penyusunan awal bagi penyusunan strategi penelitian berikutnya. atau
langsung menghasilkan interpretasi dari suatu situs berdasarkan catatan yang telah dibuat oleh peneliti.
Penjajagan untuk situs Bojongmenje
Situs Bojongmenje secara administratif termasuk di dalam wilayah Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis berada pada posisi 6°50‘47” LS dan 107°48‘02” BT (berdasarkan peta topografi daerah Sumedang lembar 4522-II). Di kawasan Rancaekek selama ini belum ada laporan atau temuan mengenai adanya objek purbakala.
Geomorfologi kawasan situs Bojongmenje secara umum merupakan dataran bergelombang dengan ketinggian antara 620 hingga 1700 m di atas permukaan laut. Situs Bojongmenje berada pada ketinggian sekitar 675 m di atas permukaan laut. Dataran rendah berada di bagian selatan dan barat, sedangkan bagian utara dan timur merupakan perbukitan. Bukit-bukit tersebut antara lain G. Bukitjarian (1282 m), G. Iwiriwir, Pr. Sumbul (949 m), G. Kareumbi, G. Kerenceng (1736 m), G. Pangukusan (1165 m), Pr. Sodok, Pr. Panglimanan, Pr. Dangusmelati, Pr. Serewen (1278 m), G. Buyung, dan beberapa puncak lainnya (berdasarkan peta topografi daerah Sumedang.
Dataran rendah di mana situs berada dialiri beberapa sungai. Sungai-sungai tersebut bermata air dari kawasan pegunungan di sebelah utara dan timur. Di kawasan paling barat mengalir Sungai Cikeruh. Ke arah timur berturut-turut terdapat aliran sungai Cikijing, Cimande, dan Citarik. Sungai Cikijing dan Cimande bersatu dengan Citarik. Sungai Cimande yang mengalir di dekat situs, di sebelah timur situs bermula dari arah selatan ke utara kemudian berbelok ke arah barat. Di sebelah barat laut situs sungai ini kemudian berbelok lagi ke arah selatan.
Lokasi berada pada lahan kuburan yang dikelilingi areal pabrik, di sebelah selatan jalan raya Bandung–Tasikmalaya. Untuk menuju situs hanya dapat melalui lorong di antara padatnya perumahan penduduk dan tembok pagar pabrik. Panjang lorong dari jalan raya hingga lokasi situs sekitar 125 m. Lahan kuburan di mana terdapat bangunan candi, berada pada sebelah selatan kelokan sungai Cimande berjarak sekitar 75 m.
Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk. Gundukan tanah ini tingginya sekitar 1 m dari lahan sekitar. Pada bagian puncak gundukan ditumbuhi pohon bungur. Menurut cerita masyarakat, candi ini memang sudah lama diketahui. Dahulu di lokasi ini pernah terdapat arca batu menggambarkan sosok wanita menimang bayi. Arca tersebut dahulu sering untuk main-main dan seringkali dilemparkan ke sungai. Berdasarkan keberadaan arca ini masyarakat menamakannya Candi Orok. Di sebelah timur candi ini dahulu juga terdapat candi dan beberapa arca yang berjajar. Masyarakat menamakannya Candi Wayang. Selain di sebelah timur, di sebelah barat juga terdapat bangunan candi.
Itulah paparan mengenai proses penjajagan atau pengamatan awal mengenai situs bojongmenje. Setelah mekalukan penjajagan atau pengamatan awal lalu melakukan apa yang di namakan Survei
2. Survei
Survei adalah pengamatan tinggalan arkeologi disertai dengan analisis yang dalam. Selain itu, survey juga dapat dilakukan dengan cara mencari informasi dari penduduk. Tujuan survey untuk memperoleh benda atau situs arkeologi yang belum pernah ditemukan sebelumnya atau penelitian ulang terhadap benda atau situs yang pernah yang diteliti. Survei dapat pula berarti melacak berita dalam literature atau data, karena adanya laporan temuan. Adapun kegiatan survey terdiri : Survei permukaan, survey bawah tanah, Survei bawah air, survey udara, dan wawancara.
Berkaitan dengan situs bojongmenje, situs candi Bojongmenje ditemukan tidak sengaja oleh warga yang sedang menggali tanah untuk menguruk gang dekat lokasi candi. Sampai saat ini belum ditemukan sumber tertulis yang menjelaskan hubungan Candi Bojongmenje dengan kerajaan tertentu yang pernah ada di Jawa Barat namun, berdasarkan temuan-temuan arkeologi di situs Bojongmenje, diperkirakan bahwa candi tersebut dibangun pada abad ke-7 dan ke-8. Dengan demikian, usia Candi Bojongmenje lebih tua dibandingkan dengan usia candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau setidaknya setara dengan Candi Dieng di Jawa Tengah.
Untuk meneliti situs candi Bojongmenje digunakan survei permukaan yaitu kegiatan dengan cara mengamati permukaan tanah dari jerak dekat. Candi Bojongmenje dibangun dari batu andesit, berdenah dasar bujur sangkar dengan sisi sepanjang 6 m. Bentuk bangunan candi sangat sederhana dan dindingnya hanya terdiri satu lapis tanpa hiasan relief. Kesederhanaan tersebut menjadi petunjuk bahwa peradaban manusia yang membuatnya masih lebih sederhana dibandingkan dengan peradaban pada masa pembangunan Candi Prambanan dan Candi Barabudur. Di lingkungan candi ditemukan yoni yang menunjukkan bahwa Candi Bojongmenje berlatar belakang agama Hindu Syiwa.
Setelah melakukan observasi lalu melakukan apa yang dinamakan dengan tahapan deskripsi. Tahapan deskripsi ini disebut juga pengumpulan data awal. Pengumpulan data itu lalu dihimpun dalam catatan kecil mengenai penelitian arkeologi.
Catatan awal :
Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk
Untuk menuju lokasi candi ini mesti melewati sebuah gang sempit dengan tembok pagar pabrik yang menjulang tinggi.
Tempat ditemukannya candi ini sendiri menempel dengan tembok pagar pembatas pabrik.
Secara umum ekskavasi telah menampakkan denah candi berbentuk bujur sangkar berukuran sekitar 6 X 6 m, bila diukur pada bagian ojief (bingkai padma, sisi genta) dan sekitar 7,5 X 7,5 m bila diukur pada batu paling bawah.
Bahan utama yang dipergunakan adalah batuan volkanik, meskipun pada beberapa kotak gali ditemukan bata.
Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk. Gundukan tanah ini tingginya sekitar 1 m dari lahan sekitar.
Pada bagian puncak gundukan ditumbuhi pohon bungur.
Di sebelah timur candi ini dahulu juga terdapat candi dan beberapa arca yang berjajar.
Tahap terakhir ialah ialah tahapan ekplanasi. Tahapan ekplanasi ini kalau dalam ilmu sejarah bisa disebut dengan tahapan historiografi.
EKPLANASI ( Tulisan arkeologi )
Dalam ekskavasi di situs Bojongmenje, pembukaan kotak dilakukan dengan teknik spit, yaitu menggali tanah secara arbitrer dengan interval ketebalan 20 cm. Ekskavasi yang telah dilakukan berhasil membuka 21 kotak gali dan sebuah lubang uji. Pembukaan kotak gali, pada umumnya mencapai kedalaman sekitar 150 cm. Ekskavasi pada 21 kotak gali tersebut telah menampakkan sisa struktur candi bagian kaki. Struktur kaki candi sisi barat (sebagian telah digali masyarakat setempat) yang tersisa terdiri 5 hingga 7 lapis batu. Bagian sudut barat daya terlihat melesak.
Struktur kaki sisi utara tidak dapat ditampakkan secara keseluruhan karena berada dekat sekali dengan tembok pabrik. Beberapa batu runtuhan berada di bawah pondasi pagar tembok pabrik. Sudut timur laut tidak dapat ditampakkan sama sekali karena berada tepat di bawah pagar tembok pabrik.
Struktur sisi timur ditemukan dalam keadaan tidak lengkap. Beberapa batu ditemukan dalam keadaan terpotong akibat aktivitas penduduk membuat lubang galian kuburan. Sudut tenggara dapat ditampakkan secara penuh. Beberapa batu bagian ini juga rusak akibat galian kuburan. Struktur sisi selatan keadaannya relatif utuh dalam arti tidak rusak akibat penggalian untuk kuburan.
Secara umum ekskavasi telah menampakkan denah candi berbentuk bujur sangkar berukuran sekitar 6 X 6 m, bila diukur pada bagian ojief (bingkai padma, sisi genta) dan sekitar 7,5 X 7,5 m bila diukur pada batu paling bawah. Bahan utama yang dipergunakan adalah batuan volkanik, meskipun pada beberapa kotak gali ditemukan bata. Batu kulit hanya terdiri satu lapis. Batu isian berupa batu-batu polos tidak dibentuk. Kebanyakan batu isian berbentuk panjang disusun secara melintang (berpotongan dengan struktur sisi).
Bata ditemukan dibeberapa kotak gali. Ukuran bata berkisar antkara tebal 9 cm, lebar 20 cm, dan panjang 40 cm. Pada akhir spit, yaitu dimana terdapat batu pondasi bangunan candi, tanah di sekitarnya diperkeras dengan pecahan bata dan kerikil. Pada setiap kotak gali, penggalian pada kedalaman sekitar 1 m terganggu oleh resapan air tanah yang cukup deras. Sehingga pada setiap penggalian harus selalu berpacu dengan cepatnya genangan air..
Kamis, 18 Maret 2010
MENGENAL KAWASAN FASIFIK
OLEH
DEDEN WAHYUDIN, S.S
Bila kita membicarakan tentang masalah kawasan Pasifik, sebetulnya suatu hal yang bisa di katakan relative sulit. Saya mengatakan seperti itu mungkin pengetahuan saya tentang wilayah pasifik kurang memadai. Tetapi memang keadaannya seperti itu kesediaan tentang sumber mengenai wilayah ini kurang memadai. Ketika pertama kali saya mendengar apa yang dikatakan wilayah pasifik saya tidak tahu mana yang di sebut wilayah pasifik dan negara-negara mana saja yang termasuk di dalamnya. Kata yang akrab di telinga saya yang ada sangkut pautnya dengan kata pasifik ialah samudra Pasifik. Salah satu samudra yang menghapit kepulauan Indonesia yang berada di sebalah timur Indonesia. Saya lebih memahami wilayah Asia Tenggara dari pada wilayah Pasifik karena wilayah Asia Tenggara sering saya dengar dan jelas negara-nagara yang menjadi anggotanya. Berbeda dengan wilayah Pasifik yang menurut saya suatu wilayah yang abstrak. Berangkat dari ketidak-pahaman saya mengenai wilayah ini maka saya mencoba memetakan apa yang disebut wilayah Pasifik. Wilayah Pasifik ini sering di identikan dengan wilayah Australia yang mencakup Autralia, Selandia Baru, Nugini, dan banyak pulau kecil lainnya di wilayah ini yang kebanyakan terletak di sebelah timur wilayah Indonesia. Selain itu ada wilayah yang disebut wilayah Oceania, yaitu wilayah yang berupa Negara yang berpulau-pulau yang berada di wilayah selatan samudra Pasifik . Oseania sendiri merupakan wilayah geografis atau sering kali wilayah geopolitik. Dalam pengertian yang lebih sempit, wilayah ini merujuk ke wilayah di Samudera Pasifik yang berada di selatan khatulistiwa yang berbatasan dengan Indonesia, Nugini, Australia, Selandia Baru, garis 60° Lintang Selatan, tepi barat Amerika Selatan dan garis khatulistiwa. Wilayah di bagian selatan dari garis 60° Lintang Selatan disebut Samudera Selatan.
Selain akan memetakan wilayah kawasan Pasifik di sini juga saya akan berusaha melihat kawasan ini dari segi ekonomi. Wilayah Pasifik ini dalam melakukan kegiatan ekonominya khususnya dalam bidang perdagangan di naungi oleh suatu organisasi yang di sebut “ Komisi Perdagangan Pasifik Selatan “ atau sebelaumnya bernama Komisi Perdagangan dan Investasi Kepulauan Pasifik, sebuah organisasi yang dibentuk untuk membantu pengembangan ekonomi negara-negara Forum Kepulauan Pasifik dengan mempromosikan perdagangan dan investasi dengan Australia. Dengan adanya Komisi Perdagangan ini, kawasan Pasifik sejak tahun tahun 1990’an sudah terjadi terjadi pertumbuhan ekonomi dengan jumlah investasi yang besar. Oleh karena pertumbnuhan ekonomi kawasan ini tinggi maka terjadi peningkatan frekuensi dan volume perdagangan Negara-negara kawasan Pasifik dan telah melampaui Negara-negara kawasan atlantik. Dan perkembangan tersebut terus meningkat hingga sekarang, meski kemudian kawasan Asia Timur di tahun-tahun 1997-1998 mengalami krisis keuangan. Herannya, krisis tersebut tidak sampai mengurangi kepesatan perkembangan ekonomi kawasan Pasifik. Pesatnya perkembangan ekonomi kawasan Pasifik tidak lepas dari kehadiran dan konstribusi kerjasama ASEAN, yang lahir pada tahun 1967. Peran dan konstribusi ASEAN semakin signifikan ketika perang dingin usai.
DEDEN WAHYUDIN, S.S
Bila kita membicarakan tentang masalah kawasan Pasifik, sebetulnya suatu hal yang bisa di katakan relative sulit. Saya mengatakan seperti itu mungkin pengetahuan saya tentang wilayah pasifik kurang memadai. Tetapi memang keadaannya seperti itu kesediaan tentang sumber mengenai wilayah ini kurang memadai. Ketika pertama kali saya mendengar apa yang dikatakan wilayah pasifik saya tidak tahu mana yang di sebut wilayah pasifik dan negara-negara mana saja yang termasuk di dalamnya. Kata yang akrab di telinga saya yang ada sangkut pautnya dengan kata pasifik ialah samudra Pasifik. Salah satu samudra yang menghapit kepulauan Indonesia yang berada di sebalah timur Indonesia. Saya lebih memahami wilayah Asia Tenggara dari pada wilayah Pasifik karena wilayah Asia Tenggara sering saya dengar dan jelas negara-nagara yang menjadi anggotanya. Berbeda dengan wilayah Pasifik yang menurut saya suatu wilayah yang abstrak. Berangkat dari ketidak-pahaman saya mengenai wilayah ini maka saya mencoba memetakan apa yang disebut wilayah Pasifik. Wilayah Pasifik ini sering di identikan dengan wilayah Australia yang mencakup Autralia, Selandia Baru, Nugini, dan banyak pulau kecil lainnya di wilayah ini yang kebanyakan terletak di sebelah timur wilayah Indonesia. Selain itu ada wilayah yang disebut wilayah Oceania, yaitu wilayah yang berupa Negara yang berpulau-pulau yang berada di wilayah selatan samudra Pasifik . Oseania sendiri merupakan wilayah geografis atau sering kali wilayah geopolitik. Dalam pengertian yang lebih sempit, wilayah ini merujuk ke wilayah di Samudera Pasifik yang berada di selatan khatulistiwa yang berbatasan dengan Indonesia, Nugini, Australia, Selandia Baru, garis 60° Lintang Selatan, tepi barat Amerika Selatan dan garis khatulistiwa. Wilayah di bagian selatan dari garis 60° Lintang Selatan disebut Samudera Selatan.
Selain akan memetakan wilayah kawasan Pasifik di sini juga saya akan berusaha melihat kawasan ini dari segi ekonomi. Wilayah Pasifik ini dalam melakukan kegiatan ekonominya khususnya dalam bidang perdagangan di naungi oleh suatu organisasi yang di sebut “ Komisi Perdagangan Pasifik Selatan “ atau sebelaumnya bernama Komisi Perdagangan dan Investasi Kepulauan Pasifik, sebuah organisasi yang dibentuk untuk membantu pengembangan ekonomi negara-negara Forum Kepulauan Pasifik dengan mempromosikan perdagangan dan investasi dengan Australia. Dengan adanya Komisi Perdagangan ini, kawasan Pasifik sejak tahun tahun 1990’an sudah terjadi terjadi pertumbuhan ekonomi dengan jumlah investasi yang besar. Oleh karena pertumbnuhan ekonomi kawasan ini tinggi maka terjadi peningkatan frekuensi dan volume perdagangan Negara-negara kawasan Pasifik dan telah melampaui Negara-negara kawasan atlantik. Dan perkembangan tersebut terus meningkat hingga sekarang, meski kemudian kawasan Asia Timur di tahun-tahun 1997-1998 mengalami krisis keuangan. Herannya, krisis tersebut tidak sampai mengurangi kepesatan perkembangan ekonomi kawasan Pasifik. Pesatnya perkembangan ekonomi kawasan Pasifik tidak lepas dari kehadiran dan konstribusi kerjasama ASEAN, yang lahir pada tahun 1967. Peran dan konstribusi ASEAN semakin signifikan ketika perang dingin usai.
PERJUANGAN K.H.USMAN DHOMIRI
PERANAN K.H. USMAN DHOMIRI DALAM
MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
REPUBLIK INDONESIA
Oleh
Deden Wahyudin, S.S
Mungkin banyak orang yang tidak mengenal dengan sosok yang satu ini. Sosok kharismatik yang mempunyai jasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia ini. Sosok ini ialah bermana K.H. Usman Dhomiri. Perjuangannya saya kira tidak akan terlupakan oleh sebagain masyarakat Cimahi yang masih menyimpan memori masa lalu. Perjuangannya melawan penjajah Belanda dibuktikannya dengan tidak bersikap kooperatif ketika dia mendirikan suatu majelis pengajian Tarekat Tijaniyah yang ia pimpin. Dalam hal ini, K.H. Usman Dhomiri sebenarnya sudah memperlihatkan sikap menentang dengan tidak meminta ijin atau menunggu besluit (surat keputusan) dari pihak pemerintah Kolonial Belanda untuk mendirikan majelis pengajian. Kekonsitenannya itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang disegani oleh murid-muridnya. Sosok K.H. Usman Dhomiri yang berkharisma baik karena keilmuan dalam bidang agama, maupun karena keberaniannya dalam menentang pemerintahan Belanda menjadikan dirinya sebagai pemimpin dalam hal spiritual maupun pemimpin dalam artian legal-formal.
Perjuangan K.H. Usman Dhomiri tidak hanya sampai di situ, namun perjuangannya bersambung sampai masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Dalam rangka merealisasikan perjuangannya, K.H. Usman Dhomiri membentuk sekaligus memimpinnya secara langsung Laskar Perjuangan Hizbullah. Laskar perjuanganya ini diperkirakan mempunyai anggota kurang lebih 65 orang dengan dipersenjatai dengan golok, kelewang, samurai, dan bambu runcing. Perlawanan Laskar perjuangan yang dinamakan Hisbullah ini sempat bertempur pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1946 dengan pihak sekutu dengan NICA- nya. Suatu ketika masyarakat Cimahi digemparkan oleh berita akan diadakannya latihan menembak oleh sekumpulan Tentara NICA yang dipersenjatai oleh Tentara Sekutu pada hari sabtu tanggal 16 Februari 1946. Sebenarnya berita itu hanya sekedar kamuflase saja dari pihak NICA, pada kenyataannya seluruh pasukan NICA yang dipersenjatai lengkap mengadakan serangan serta pengepungan ke daerah pertahanan Hizbullah di lokasi Pesanggrahan depan Masjid Baiturrohkmah Gunung Bohong Cimahi. Oleh karena itu, Tentara NICA mengadakan serangan secara membabi buta, maka terpaksa K.H. Usman Dhomiri memberikan komando untuk mengadakan perlawanan dengan kekuatan senjata yang seadanya. Memang serangan itu merupakan serangan balasan setelah sebelumnya pasukan Hizbullah telah mengadakan serangan ke lokasi Tentara NICA dan Sekutu. Diantara korban serangan tersebut dalah tentara Gurkha yang sedang jaga malam yang tewas di bacok lehernya dan senjatanya dirampas berikut peluru satu megazen.
Dalam serangan balasan NICA dari pihak Hizbullah telah gugur sembilan orang termasuk kepala pasukan Bapak Emed dan wakilnya Bapak Toha. Dalam pertempuran itu Bapak Toha tertembak kakinya, walapun begitu Bapak Toha masih bisa menghabisi tentara NICA dengan samurai yang ia miliki. Semua korban meninggal dari pihak Hizbullah dikuburkan dalam satu lokasi lubang sedalam satu meter tanpa dimadikan, dan dikuburkan berikut pakaiannya. Penguburan korban meninggal dilakukan dengan seadanya itu karena mereka dianggap mati syahid. Setelas selesai pertempuran, tentara NICA membumihanguskan dua rumah rakyat yang mereka anggap sebagai sarang atais markas Hizbullah. Semua korban meninggal itu dikuburkan di lokasi tanah Bapak Endin putra dari Bapak Emed seluas sembilan tumbak. Selanjutnya datang sepucuk surat dari Residen Priangan yang menyatakan turut berduka cita serta belasungkawa atas dasar pengorbanan dan kegigihan dalam membela bangsa dan Negara
Melihat perjuangan Laskar Hizbullah yang dipimpin oleh K.H. Usman Dhomiri ini, sepatutnya kita jangan pura-pura menutup mata untuk melihat bagaimana perjuangan sosok pejuang ini. Ntah hanya berpura-pura tidak tahu atau benar-benar tidak tahu akan sosok pejuang yang satu ini, atau benar-benar tidak mengetahui karena mungkin jarang diekpos. Kalangan sejarawan mungkin banyak yang tidak tertarik untuk menulis biografi orang-orang yang mempunyai jasa dalam perjuangan Indonesia dalam suatu regional tertentu. Mungkin mereka banyak terpokus untuk menulis biografi tokoh-tokoh yang mempunyai jasa perjuangan secara nasional. Mudah-mudahan ini merupakan prasangka yang keliru..
Sumber :
Surat Penryataan Belasungkawa Residen Priangan. 16 Februari 1946
Arsif Kotif Cimahi. 1989
Wawancara dengan Hj. Entang Elyah ( Putri K.H. Usman Dhomiri). 89 tahun
MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
REPUBLIK INDONESIA
Oleh
Deden Wahyudin, S.S
Mungkin banyak orang yang tidak mengenal dengan sosok yang satu ini. Sosok kharismatik yang mempunyai jasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia ini. Sosok ini ialah bermana K.H. Usman Dhomiri. Perjuangannya saya kira tidak akan terlupakan oleh sebagain masyarakat Cimahi yang masih menyimpan memori masa lalu. Perjuangannya melawan penjajah Belanda dibuktikannya dengan tidak bersikap kooperatif ketika dia mendirikan suatu majelis pengajian Tarekat Tijaniyah yang ia pimpin. Dalam hal ini, K.H. Usman Dhomiri sebenarnya sudah memperlihatkan sikap menentang dengan tidak meminta ijin atau menunggu besluit (surat keputusan) dari pihak pemerintah Kolonial Belanda untuk mendirikan majelis pengajian. Kekonsitenannya itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang disegani oleh murid-muridnya. Sosok K.H. Usman Dhomiri yang berkharisma baik karena keilmuan dalam bidang agama, maupun karena keberaniannya dalam menentang pemerintahan Belanda menjadikan dirinya sebagai pemimpin dalam hal spiritual maupun pemimpin dalam artian legal-formal.
Perjuangan K.H. Usman Dhomiri tidak hanya sampai di situ, namun perjuangannya bersambung sampai masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Dalam rangka merealisasikan perjuangannya, K.H. Usman Dhomiri membentuk sekaligus memimpinnya secara langsung Laskar Perjuangan Hizbullah. Laskar perjuanganya ini diperkirakan mempunyai anggota kurang lebih 65 orang dengan dipersenjatai dengan golok, kelewang, samurai, dan bambu runcing. Perlawanan Laskar perjuangan yang dinamakan Hisbullah ini sempat bertempur pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1946 dengan pihak sekutu dengan NICA- nya. Suatu ketika masyarakat Cimahi digemparkan oleh berita akan diadakannya latihan menembak oleh sekumpulan Tentara NICA yang dipersenjatai oleh Tentara Sekutu pada hari sabtu tanggal 16 Februari 1946. Sebenarnya berita itu hanya sekedar kamuflase saja dari pihak NICA, pada kenyataannya seluruh pasukan NICA yang dipersenjatai lengkap mengadakan serangan serta pengepungan ke daerah pertahanan Hizbullah di lokasi Pesanggrahan depan Masjid Baiturrohkmah Gunung Bohong Cimahi. Oleh karena itu, Tentara NICA mengadakan serangan secara membabi buta, maka terpaksa K.H. Usman Dhomiri memberikan komando untuk mengadakan perlawanan dengan kekuatan senjata yang seadanya. Memang serangan itu merupakan serangan balasan setelah sebelumnya pasukan Hizbullah telah mengadakan serangan ke lokasi Tentara NICA dan Sekutu. Diantara korban serangan tersebut dalah tentara Gurkha yang sedang jaga malam yang tewas di bacok lehernya dan senjatanya dirampas berikut peluru satu megazen.
Dalam serangan balasan NICA dari pihak Hizbullah telah gugur sembilan orang termasuk kepala pasukan Bapak Emed dan wakilnya Bapak Toha. Dalam pertempuran itu Bapak Toha tertembak kakinya, walapun begitu Bapak Toha masih bisa menghabisi tentara NICA dengan samurai yang ia miliki. Semua korban meninggal dari pihak Hizbullah dikuburkan dalam satu lokasi lubang sedalam satu meter tanpa dimadikan, dan dikuburkan berikut pakaiannya. Penguburan korban meninggal dilakukan dengan seadanya itu karena mereka dianggap mati syahid. Setelas selesai pertempuran, tentara NICA membumihanguskan dua rumah rakyat yang mereka anggap sebagai sarang atais markas Hizbullah. Semua korban meninggal itu dikuburkan di lokasi tanah Bapak Endin putra dari Bapak Emed seluas sembilan tumbak. Selanjutnya datang sepucuk surat dari Residen Priangan yang menyatakan turut berduka cita serta belasungkawa atas dasar pengorbanan dan kegigihan dalam membela bangsa dan Negara
Melihat perjuangan Laskar Hizbullah yang dipimpin oleh K.H. Usman Dhomiri ini, sepatutnya kita jangan pura-pura menutup mata untuk melihat bagaimana perjuangan sosok pejuang ini. Ntah hanya berpura-pura tidak tahu atau benar-benar tidak tahu akan sosok pejuang yang satu ini, atau benar-benar tidak mengetahui karena mungkin jarang diekpos. Kalangan sejarawan mungkin banyak yang tidak tertarik untuk menulis biografi orang-orang yang mempunyai jasa dalam perjuangan Indonesia dalam suatu regional tertentu. Mungkin mereka banyak terpokus untuk menulis biografi tokoh-tokoh yang mempunyai jasa perjuangan secara nasional. Mudah-mudahan ini merupakan prasangka yang keliru..
Sumber :
Surat Penryataan Belasungkawa Residen Priangan. 16 Februari 1946
Arsif Kotif Cimahi. 1989
Wawancara dengan Hj. Entang Elyah ( Putri K.H. Usman Dhomiri). 89 tahun
Selasa, 16 Maret 2010
PENGAKUAN SETIAP UMAT ISLAM
Kalau kita ditanya mengapa umat islam ketika agama dan Tuhannya dilecehkan mereka akan marah besar ?, walaupun secara kualitas dalam beribadah mereka sangat kurang. Sebenarnya untuk menjawab persoalaan ini, kita harus mengkaji terlebih dahulu tentang apa itu islam, dan apa kultur budaya islam itu sendiri.
Di dalam diri setiap manusia secara sadar atau tidak sadar mempunyai naluri untuk beragama (Gharizahtun Taddayun) artinya ada rasa keinginan seseorang menyembah sesuatu yang lebih tinggi derajatnya dari manusia itu sendiri, apapun itu bentuknya. Ketika orang-orang menyatakan bahwa mereka anti-Tuhan atau Atheis sekalipun penganut kaum komunis, sebenarnya mereka telah mengalihkan naluri itu ke hal yang bersifat materi, dan hal itulah yang mereka agung-agungkan selama ini.
Dengan kita mengetahui bahwa di dalam diri manusia itu terdapat naluri seperti itu, maka kita tidak boleh heran lagi ketika simbol-simbol umat islam dilecehkan,maka serentak umat islam akan marah besar. Jangankan umat islam yang jelas-jelas mempunyai agama dan Tuhan, orang Atheis pun akan marah apabila symbol-simbol materi mereka dilecehkan. Kemarahan umat islam ketika adanya penghinaan terhadap symbol-simbol agamanya itu merupakan reaksi spontanitas dari adanya naluri keberagamaan tadi terlepas dari bagaimana kualitas beribadah mereka yang penting buat mereka menyalurkan naluri keberagamaannya
Selain itu adanya ikatan budaya di dalam diri umat islam yang kuat sehingga membentuk rasa kebersamaan yang akhirnya menimbulkan rasa sepenanggungan di antara mereka. Mereka secara naluri mempunyai kesamaan dalam hal beragama sehingga ada perasaan komulatif yang sama tentang memahami agama. Oleh karena itu hal-hal yang menyangkut masalah agama adalah hal yang brsifat sensitive bagi mereka yang harus disikapi dengan serius. Sikap sensitive ini muncul karena mereka menganggap bahwa agama adalah hal yang suci yang tidak boleh dipermain-mainkan.
Kultur atau kebiasaan semacam itu timbul dikalangan umat islam, sehingga sikap seperti itu mengalahkan hal-hal yang penting lainnya seperti mengenai inti dari ajaran agamanya seperti ketauhidan. Yang terjadi adalah mereka hanya mempunyai sikap rela membela secara habis-habisan ketika agamanya dilecehkan bahkan ada yang berani maju di depan untuk membelanya, tetapi disisi lain ketika substansi dari ajaran agamanya harus ditegakkan oleh individu-individu malahan mereka kurang menanggapi, malahan acuh-tak acuh. Yang disebut subtansi dari ajaran agama itu ialah intinya yang tak lain amar ma’ruf nahi mungkar ( menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya). Walaupun tidak semua umat islam mempunyai sikap seperti itu, tetapi kebanyakan dari kalangan umat islam mempunyai sikap seperti itu. Sikap membela agama merupakan hal yang baik, tetapi alangkah lebih baik lagi disertai dengan menegakan agama itu sendiri.
Oleh karena sikap pembelaan agama yang tidak disertai oleh pemahaman secara mendalam mengenai agama yang dibelanya akan menyebabkan lemahnya pembelaan kita. Oleh karena itu mari kita bela agama kita dengan disertai dengan kualitas keberagamaan kita yang baik sehingga apa yang kita pertahankan mempunyai makna yang berarti. Jangan sampai kita berbicara tanpa kita memahami apa yang kita bicarakan itu..
INTERPRETASI
Fakta Sejarah dan Interpretasi Umum
Ilmu pengetahuan historis menurut Popper adalah ilmu pengetahuan yang tertarik pada peristiwa-peristiwa spesifik dan penjelasannya. Sejarah sering dideskripsikan sebagai peristiwa-peristiwa masa lalu sebagaimana peristiwa itu benar-benar terjadi secara aktual. Popper menyatakan bahwa dalam sejarah tidak teori-teori yang mempersatukan. Dalam artian, kumpulan hukum universal yang sepele digunakan dan diterima begitu saja (are taken for granted).
Dalam sejarah, fakta-fakta yang tersedia sangat terbatas dan tidak dapat diulang serta diimplimentasikan sesuai keinginan kita. Fakta-fakta sejarah telah dikumpulkan sesuai dengan sudut pandang yang telah ada, yang disebut sebagai sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah hanya mencatat fakta-fakta yang tampilannya cukup menarik untuk dicatat, sehingga biasanya sumber-sumber sejarah hanya berisi fakta yang sesuai dengan teori yang sudah ada. Tidak tersedianya fakta-fakta lebih jauh membuat pengujian terhadap teori itu atau teori lain tidak dimungkinkan. Teori historis yang tidak dapat diuji itu dapat dituduh bersifat sirkular. Sehingga teori ini tidak dapat dikatakan sebagai teori ilmiah tapi lebih pas dikatakan sebagai interpretasi umum (teori-teori historis yang bertentangan dengan teori ilmiah).Sejarahwan sering tidak melihat interpretasi lain yang sesuai dengan fakta dan diri mereka sendiri.
Interpretasi harus berbicara sendiri. Kemampuan interpretasi adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan topik sejarah, serta menjelaskan masalah kekinian. Tidak ada masa lalu dalam konteks sejarah yang benar-benar aktual terjadi. Yang ada hanyalah interpretasi-interpretasi historis. Tidak ada interpretasi yang bersifat final. Sehingga, setiap generasi berhak mengkerangkakan interpretasinya sendiri. Bukan hanya mengkerangkakannya, setiap generasi juga wajib melakukan interpertas sendiri.
Persoalan krusial kita, bagaimana sulitnya kita berhubungan dengan masa lalu. Namun, di sisi lain kita ingin melihat garis yang bisa membawa kemajuan menuju solusi atas apa yang kita rasakan dan apa yang kita pilih sekarang-masa depan. Jika kebutuhan ini tidak kita jawab secara rasional dan jujur, maka kita akan kembali jatuh pada interpretasi historisis yang tak lebih dari keputusan historisis.
Kemungkinan Interpretasi Baru dalam Sejarah
Adanya interpretasi lain tentang sejarah merupakan hal yang sangat mungkin. Hal ini dikarenakan banyak interpretasi, bahkan semua interpretasi belum tentu memberikan manfaat yang sama. Pandangan ini didasarkan pada 3 argumen, yaitu:
• Selalu ada interpretasi-interpretasi yang sama sekali tidak bersesuaian dengan laporan sejarah yang disepakati.
• Ada beberapa interpretasi yang memerlukan sejumlah hipotesisi yang kurang lebih bersifat membantu jika mereka hendak bebas dari falsifikasi yang dilakukan oleh laporan.
• Ada beberapa interpretasi yang tidak mampu mengubungkan fakta-fakta yang dapat dihubungkan oleh interpretasi lain.
Tiga landasasan ini jika kita praktekan akan membawa kemajuan bagi interpretasi sejarah. Pemahaman merasa cukup dengan satu interpretasi baku saja yang selama ini menjangkiti para sejarahwan mesti ditinggalkan.
Kita baru dapat menguji suatu teori jika kita memperhitungkan contoh-contoh yang berlawanan. Interpretasi-interpretasi bisa bersifat bertentangan. Namun, hal ini tidak akan menjadi masalah apabila kita meletakkannya sebagai kristalisasi-kristalisasi sudut pandang yang saling melengkapi.
Dalam buku Metode Sejarah karangan Nina H Lubis interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subyektivitas. Di satu sisi pernyataan itu benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur , akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh..
Interpretasi itu ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Analisis disini berarti menguraikan dan sintesis menyatukan. Menurut Garraghan, ada lima jenis interpretasi (dalam kategori analisis maupun sintesis menurut Kuntowijoyo), yaitu:
1. Interpretasi Verbal
2. Interpretasi teknis
3. Interpretasi logis
4. Interpretasi psikologis
5. Interpretasi factual
1. Interpretasi Verbal
Interpretasi ini berkaitan dengan beberapa factor, yaitu bahasa, perbendaharaan kata (vocabulary), tata bahasa, konteks, dan terjemahan
2.Interpretasi Teknis
Interpretasi teknis dari sebuah dokumen didasarkan pada dua pertimbangan, pertama yaitu tujuan penyusunan dokumen, dan kedua, bentuk tulisan persisnya. Yang dimaksudkan tujuan disini, adalah bahwa si penulis dokumen bukan semata-mata bertujuan menyampaikan informasi, mungkin saja ada tujuan lainnya.
3. Interpretasi Logis
Interpretasi logis yaitu interpretasi yang didasarkan atas cara berpikir logis. Artinya berdasarkan cara berpikir yang benar. Jadi dalam menafsirkan sebuah dokumen itu secara keseluruhan berisi sebuah gagasan yang logis.
4. Interpretasi Psikologis
Interpretasi psikologis adalah interpretasi tentang sebuah dokumen yang merupakan usaha untuk membacanya melalui kacamata si pembuat dokumen, untuk memperoleh titik pandangnya. Interpretasi ini berhadapan dengan kehidupan mentalitas si pembuat dokumen,yang menyangkut dua aspek, yaitu general (umum) dan individual. Yang bersifat umum, artinya mentalitas yang berlaku untuk semua orang, sedangkan yang bersifat individual artinya mentalitas khusus si pembuat dokumen yang mempengaruhi tulisannya yang dapat dilihat jejaknya dalam karya yang ditulisnya.
5. Interpretasi Faktual
Interpretasi jenis ini tidak didasarkan atas kata-katanya tetapi terhadap faktanya. Dalam hal ini yang menjadi titik berat adalah membiarkan fakta “berbicara” sendiri, tanpa perlu membuat interpretasi macam-macam, sehingga interpretasi factual bisa dikatakan mengatasi lainnya
Mengingait kemungkinan untuk melepaskan diri dari unsure subjektif seperti yang disebut di atas, jelas bahwa seorang peneliti sejarah harus berusaha sekeras-kerasnya untuk menghindarkan dari unsur tersebut. Paling aman, menurut Garraghan, hindarkanlah membuat terlalu banyak interpretasi, sedapat-dapatnya pakailah fakta-fakta” yang sudah bisa bicara dengan sendirinya” (Garraghan.1946:332)
OBJEKTIVITAS DALAM PENGKAJIAN SEJARAH
Sebenarnya dalam praktek penulisan sejarah istilah subjektif dan objektif, dapat disamakan dengan terpengaruh tidaknya seorang sejarawan oleh nilai-nilai tertentu. Tetapi yang kita ketahui bahwa Penulis sejarah mencatat fakta-fakta yang terjadi pada masa lalu. Catatan itu mereka katakan merupakan karya ilmiah yang objektif. Peristiwa yang ditulis itu diyakini benar-benar pernah terjadi pada masa lalu. Ketika sejarah ditulis, ada proses kerja yang dilakukan ilmuan dalam melihat masa lalu. Ada faktor waktu yang bermain dalam penulisan sejarah. Ilmuan sejarah yang hidup pada masa sekarang melihat kejadian yang terjadi pada masa lalu. Sudah tentu dia akan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat ia melakukan kerja. Padahal yang ia teliti sesuatu yang tidak ia alami. Apalagi kejadian masa lalu memiliki latar sosio-historis yang berbeda dengan kondisi sekarang. Oleh karena itu, keobjektifan penulisan sejarah oleh sejarahwan patut dipertanyakan.
Pelukisan sejarah dikatakan objektif apabila hanya objek penulisan sejarah dapat diamati. Kaum objektivisme cendrung membela kemungkinan penulisan sejarah yang objektif. Mereka memberikan alasan-alasan kenapa penulisan sejarah yang objektif dapat dilakukan, yaitu:
1. Ketika Memilih Objek Penelitian
Dalam memilih objek penelitian seorang sejarahwan mungkin didorong oleh pertimbangan subjektif karena pilihan itu ditentukan oleh kesukaan pribadi seorang sejarawan. Namun, tidak berarti hasil penelitiannya juga bersifat subjektif. Sebenarnya kasus seperti tidak hanya untuk sejarawan juga tetapi dialami juga oleh ilmuan-ilmuan yang lain .
2. Keterikatan pada Nilai-Nilai
Terkait dengan masalah bahwa sejarahwan tidak mungkin lepas dari perbedaan nilai antara masa yang ia teliti dengan masa ia meneliti, dapat dipecahkan dengan menetapkan nilai-nilai yang dulu dianut oleh masyarakat dan menetapkannya sebagai pijakan.Dalam hubungan ini, ada gunanya kitra ingat akan perbedaan antara “Wertbeziehung” dan Wertung”, seperti pernah diperkenalkan oleh Max Weber (1884-1920), seorang ahli sosiologi dan sejarah. Kita mengadakan “ Wertbezeihung” (pertalian dengan nilain-nilai), bila kita menerangkan perbutan seorang pelaku sejarah, sambil menghubungkan perbuatan itu dengan nilai-nilai yang umum dianut dalam masyarakat pada zaman itu
3. Alasan Seleksi
‘Sejarahwan dalam kajiannya menyeleksi bahannya, memilih apa yang dicantumkan dan apa yang tidak mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu. Tindakan ini tidak bisa dikatakan subjektif karena seorang sejarahwan tidak dapat menyajikan salinan lengkap mengenai kenyataan historis. Dengan segala kekayaannya, tetapi ini tidak mengurangi objektivitas penelitiannya Laporan yang objektif tidak mesti suatu laporan yang lengkap
4. Alasan antiskeptisisme atau antirelativisme
Menurut aliran subjektivis, semua penulisan sejarah dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang sejarahwan atau yang umum diterima pada saat ia menulis uraian historis. Paham ini menjurus ke relativisme dan skeptisisme sejarah. pendapat ini dapat dilumpuhkan dengan cara pembuktian dan menggunakan kriteria untuk menunjukkan mana pengetahuan historis yang objektif dan yang dapat dipercaya.
5. Alasan dan Sebab-Musabab
Subjektivis mengatakan penulisan sejarahwan selalu dapat diterangkan dengan berpangkal pada nilai-nilai yang dianut oleh sejarahwan tersebut dan keadaan historis ketika ia menulis uraian sejarah. Hal ini menurut kaum objektivis tidaklah menggugurkan keobjektifan penulisan sejarah. Kita tidak akan tahu benar atau salah mengenai kecendrungan sejarahwan pada pendapat tertentu, sebelum kita mengetahui alasan-alasan yang mendukung pendapatnya, sehingga kita masih bisa mengatakan penulisannya objektif.
6. Alasan Propaganda
Menurut kaum subjektivis, penulisan sejarah sama seperti propaganda yang hanya mengungkapkan dan menyiarkan nilai-nilai tertentu. Namun, pandangan ini tertolak karena tulisan yang bersifat propaganda tidak dapat dimengerti pembaca. Ketidakmengertian ini dikarenakan si pembaca belum mengikuti nilai-nilai yang disebarkan dan orang bisa merasakan kehambaran ilmiah dari tulisan jenis ini.
7. Alasan Analogi
Para objektivis membela kadar objektivitas kajian sejarah dengan ilmu-ilmu eksak. Dalam ilmu-ilmu eksak, para ahli mengatakan objektivitas ilmu itu mungkin dan ada tolok ukur untuk menetapkan kadar objektivitasnya. Ilmu sejarah sejarah juga memiliki tolok ukur keobjektifan. Maka harus ada penghormatan dalam hal objektivitas terhadap pengkajian sejarah seperti perghormatan pada ilmu eksak.
Objektivisme Sejarah Menurut Karl Popper
Masing-masing generasi memiliki persoalan dan masalahnya sendiri. Sehingga memiliki kepentingan dan sudut pandang sendiri. Setiap generasi berhak memikirkan dan mereinterpretasi sejarah menurut caranya sendiri. Interpretasi tiap-tiap generasi akan saling komplementer, dalam artian interpretasi generasi sekarang akan bersifat komplementer dengan interpretasi generasi sebelumnya. Seluruh sejarah bergantung pada interes kita. Yang ada ialah berbagai sejarah, dan tidak pernah ada sejarah tunggal.
Orang mempelajari sejarah paling tidak memiliki 2 motif, ketertarikan pada sejarah, dan pemahaman bahwa belajar sejarah merupakan belajar tentang persoalan kita sendiri. Menurut Popper tujuan dari 2 motif ini tidak akan tercapai jika pengaruh ide objektivisme yang sesungguhnya tidak dapat diterapkan masih kuat, dan apabila kita ragu-ragu mempresentasikan masalah-masalah historis dari sudut pandang kita. sikap yang seharusnya dimiliki adalah kita mestinya tidak berpikir bahwa sudut pandang kita, jika secara sadar dan kritis diterapkan pada masalah ini, akan bersifat inferior terhadap sudut pandang penulis yang secara naif menyakini bahwa ia tidak menginterpretasikan dan telah mencapai suatu tingkat objektivitas yang mengizinkannya mempresentasikan peristiwa-peristiwa masa lalu seolah-olah peristiwa tersebut benar-benar terjadi secara aktual.
Popper yakin komentar-komentar pesonal yang ditemukan dalam penulisan sejarah mendapat justifikasi, karena komentar tersebut bersesuai dengan metode historis. Sikap/pandangan yang penting adalah menjadi sadar akan sudut pandang seseorang dan kritis, guna menghindari sejauh mungkin bias yang tanpa sadar dan akibat dari tidak kritisnya orang mempresentasikan fakta-fakta.
Daftar Sumber buku
Ankersmit.F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah. Jakarta : Gramedia
Lubis.H.Nina.2008. Metode Sejarah. Bandung. Satya Historika
Sumber Internet
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/07/24/pentingnya-interpretasi-baru-dalam-sejarah-menurut-karl-raimund-popper
Fakta Sejarah dan Interpretasi Umum
Ilmu pengetahuan historis menurut Popper adalah ilmu pengetahuan yang tertarik pada peristiwa-peristiwa spesifik dan penjelasannya. Sejarah sering dideskripsikan sebagai peristiwa-peristiwa masa lalu sebagaimana peristiwa itu benar-benar terjadi secara aktual. Popper menyatakan bahwa dalam sejarah tidak teori-teori yang mempersatukan. Dalam artian, kumpulan hukum universal yang sepele digunakan dan diterima begitu saja (are taken for granted).
Dalam sejarah, fakta-fakta yang tersedia sangat terbatas dan tidak dapat diulang serta diimplimentasikan sesuai keinginan kita. Fakta-fakta sejarah telah dikumpulkan sesuai dengan sudut pandang yang telah ada, yang disebut sebagai sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah hanya mencatat fakta-fakta yang tampilannya cukup menarik untuk dicatat, sehingga biasanya sumber-sumber sejarah hanya berisi fakta yang sesuai dengan teori yang sudah ada. Tidak tersedianya fakta-fakta lebih jauh membuat pengujian terhadap teori itu atau teori lain tidak dimungkinkan. Teori historis yang tidak dapat diuji itu dapat dituduh bersifat sirkular. Sehingga teori ini tidak dapat dikatakan sebagai teori ilmiah tapi lebih pas dikatakan sebagai interpretasi umum (teori-teori historis yang bertentangan dengan teori ilmiah).Sejarahwan sering tidak melihat interpretasi lain yang sesuai dengan fakta dan diri mereka sendiri.
Interpretasi harus berbicara sendiri. Kemampuan interpretasi adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan topik sejarah, serta menjelaskan masalah kekinian. Tidak ada masa lalu dalam konteks sejarah yang benar-benar aktual terjadi. Yang ada hanyalah interpretasi-interpretasi historis. Tidak ada interpretasi yang bersifat final. Sehingga, setiap generasi berhak mengkerangkakan interpretasinya sendiri. Bukan hanya mengkerangkakannya, setiap generasi juga wajib melakukan interpertas sendiri.
Persoalan krusial kita, bagaimana sulitnya kita berhubungan dengan masa lalu. Namun, di sisi lain kita ingin melihat garis yang bisa membawa kemajuan menuju solusi atas apa yang kita rasakan dan apa yang kita pilih sekarang-masa depan. Jika kebutuhan ini tidak kita jawab secara rasional dan jujur, maka kita akan kembali jatuh pada interpretasi historisis yang tak lebih dari keputusan historisis.
Kemungkinan Interpretasi Baru dalam Sejarah
Adanya interpretasi lain tentang sejarah merupakan hal yang sangat mungkin. Hal ini dikarenakan banyak interpretasi, bahkan semua interpretasi belum tentu memberikan manfaat yang sama. Pandangan ini didasarkan pada 3 argumen, yaitu:
• Selalu ada interpretasi-interpretasi yang sama sekali tidak bersesuaian dengan laporan sejarah yang disepakati.
• Ada beberapa interpretasi yang memerlukan sejumlah hipotesisi yang kurang lebih bersifat membantu jika mereka hendak bebas dari falsifikasi yang dilakukan oleh laporan.
• Ada beberapa interpretasi yang tidak mampu mengubungkan fakta-fakta yang dapat dihubungkan oleh interpretasi lain.
Tiga landasasan ini jika kita praktekan akan membawa kemajuan bagi interpretasi sejarah. Pemahaman merasa cukup dengan satu interpretasi baku saja yang selama ini menjangkiti para sejarahwan mesti ditinggalkan.
Kita baru dapat menguji suatu teori jika kita memperhitungkan contoh-contoh yang berlawanan. Interpretasi-interpretasi bisa bersifat bertentangan. Namun, hal ini tidak akan menjadi masalah apabila kita meletakkannya sebagai kristalisasi-kristalisasi sudut pandang yang saling melengkapi.
Dalam buku Metode Sejarah karangan Nina H Lubis interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subyektivitas. Di satu sisi pernyataan itu benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur , akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh..
Interpretasi itu ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Analisis disini berarti menguraikan dan sintesis menyatukan. Menurut Garraghan, ada lima jenis interpretasi (dalam kategori analisis maupun sintesis menurut Kuntowijoyo), yaitu:
1. Interpretasi Verbal
2. Interpretasi teknis
3. Interpretasi logis
4. Interpretasi psikologis
5. Interpretasi factual
1. Interpretasi Verbal
Interpretasi ini berkaitan dengan beberapa factor, yaitu bahasa, perbendaharaan kata (vocabulary), tata bahasa, konteks, dan terjemahan
2.Interpretasi Teknis
Interpretasi teknis dari sebuah dokumen didasarkan pada dua pertimbangan, pertama yaitu tujuan penyusunan dokumen, dan kedua, bentuk tulisan persisnya. Yang dimaksudkan tujuan disini, adalah bahwa si penulis dokumen bukan semata-mata bertujuan menyampaikan informasi, mungkin saja ada tujuan lainnya.
3. Interpretasi Logis
Interpretasi logis yaitu interpretasi yang didasarkan atas cara berpikir logis. Artinya berdasarkan cara berpikir yang benar. Jadi dalam menafsirkan sebuah dokumen itu secara keseluruhan berisi sebuah gagasan yang logis.
4. Interpretasi Psikologis
Interpretasi psikologis adalah interpretasi tentang sebuah dokumen yang merupakan usaha untuk membacanya melalui kacamata si pembuat dokumen, untuk memperoleh titik pandangnya. Interpretasi ini berhadapan dengan kehidupan mentalitas si pembuat dokumen,yang menyangkut dua aspek, yaitu general (umum) dan individual. Yang bersifat umum, artinya mentalitas yang berlaku untuk semua orang, sedangkan yang bersifat individual artinya mentalitas khusus si pembuat dokumen yang mempengaruhi tulisannya yang dapat dilihat jejaknya dalam karya yang ditulisnya.
5. Interpretasi Faktual
Interpretasi jenis ini tidak didasarkan atas kata-katanya tetapi terhadap faktanya. Dalam hal ini yang menjadi titik berat adalah membiarkan fakta “berbicara” sendiri, tanpa perlu membuat interpretasi macam-macam, sehingga interpretasi factual bisa dikatakan mengatasi lainnya
Mengingait kemungkinan untuk melepaskan diri dari unsure subjektif seperti yang disebut di atas, jelas bahwa seorang peneliti sejarah harus berusaha sekeras-kerasnya untuk menghindarkan dari unsur tersebut. Paling aman, menurut Garraghan, hindarkanlah membuat terlalu banyak interpretasi, sedapat-dapatnya pakailah fakta-fakta” yang sudah bisa bicara dengan sendirinya” (Garraghan.1946:332)
OBJEKTIVITAS DALAM PENGKAJIAN SEJARAH
Sebenarnya dalam praktek penulisan sejarah istilah subjektif dan objektif, dapat disamakan dengan terpengaruh tidaknya seorang sejarawan oleh nilai-nilai tertentu. Tetapi yang kita ketahui bahwa Penulis sejarah mencatat fakta-fakta yang terjadi pada masa lalu. Catatan itu mereka katakan merupakan karya ilmiah yang objektif. Peristiwa yang ditulis itu diyakini benar-benar pernah terjadi pada masa lalu. Ketika sejarah ditulis, ada proses kerja yang dilakukan ilmuan dalam melihat masa lalu. Ada faktor waktu yang bermain dalam penulisan sejarah. Ilmuan sejarah yang hidup pada masa sekarang melihat kejadian yang terjadi pada masa lalu. Sudah tentu dia akan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat ia melakukan kerja. Padahal yang ia teliti sesuatu yang tidak ia alami. Apalagi kejadian masa lalu memiliki latar sosio-historis yang berbeda dengan kondisi sekarang. Oleh karena itu, keobjektifan penulisan sejarah oleh sejarahwan patut dipertanyakan.
Pelukisan sejarah dikatakan objektif apabila hanya objek penulisan sejarah dapat diamati. Kaum objektivisme cendrung membela kemungkinan penulisan sejarah yang objektif. Mereka memberikan alasan-alasan kenapa penulisan sejarah yang objektif dapat dilakukan, yaitu:
1. Ketika Memilih Objek Penelitian
Dalam memilih objek penelitian seorang sejarahwan mungkin didorong oleh pertimbangan subjektif karena pilihan itu ditentukan oleh kesukaan pribadi seorang sejarawan. Namun, tidak berarti hasil penelitiannya juga bersifat subjektif. Sebenarnya kasus seperti tidak hanya untuk sejarawan juga tetapi dialami juga oleh ilmuan-ilmuan yang lain .
2. Keterikatan pada Nilai-Nilai
Terkait dengan masalah bahwa sejarahwan tidak mungkin lepas dari perbedaan nilai antara masa yang ia teliti dengan masa ia meneliti, dapat dipecahkan dengan menetapkan nilai-nilai yang dulu dianut oleh masyarakat dan menetapkannya sebagai pijakan.Dalam hubungan ini, ada gunanya kitra ingat akan perbedaan antara “Wertbeziehung” dan Wertung”, seperti pernah diperkenalkan oleh Max Weber (1884-1920), seorang ahli sosiologi dan sejarah. Kita mengadakan “ Wertbezeihung” (pertalian dengan nilain-nilai), bila kita menerangkan perbutan seorang pelaku sejarah, sambil menghubungkan perbuatan itu dengan nilai-nilai yang umum dianut dalam masyarakat pada zaman itu
3. Alasan Seleksi
‘Sejarahwan dalam kajiannya menyeleksi bahannya, memilih apa yang dicantumkan dan apa yang tidak mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu. Tindakan ini tidak bisa dikatakan subjektif karena seorang sejarahwan tidak dapat menyajikan salinan lengkap mengenai kenyataan historis. Dengan segala kekayaannya, tetapi ini tidak mengurangi objektivitas penelitiannya Laporan yang objektif tidak mesti suatu laporan yang lengkap
4. Alasan antiskeptisisme atau antirelativisme
Menurut aliran subjektivis, semua penulisan sejarah dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang sejarahwan atau yang umum diterima pada saat ia menulis uraian historis. Paham ini menjurus ke relativisme dan skeptisisme sejarah. pendapat ini dapat dilumpuhkan dengan cara pembuktian dan menggunakan kriteria untuk menunjukkan mana pengetahuan historis yang objektif dan yang dapat dipercaya.
5. Alasan dan Sebab-Musabab
Subjektivis mengatakan penulisan sejarahwan selalu dapat diterangkan dengan berpangkal pada nilai-nilai yang dianut oleh sejarahwan tersebut dan keadaan historis ketika ia menulis uraian sejarah. Hal ini menurut kaum objektivis tidaklah menggugurkan keobjektifan penulisan sejarah. Kita tidak akan tahu benar atau salah mengenai kecendrungan sejarahwan pada pendapat tertentu, sebelum kita mengetahui alasan-alasan yang mendukung pendapatnya, sehingga kita masih bisa mengatakan penulisannya objektif.
6. Alasan Propaganda
Menurut kaum subjektivis, penulisan sejarah sama seperti propaganda yang hanya mengungkapkan dan menyiarkan nilai-nilai tertentu. Namun, pandangan ini tertolak karena tulisan yang bersifat propaganda tidak dapat dimengerti pembaca. Ketidakmengertian ini dikarenakan si pembaca belum mengikuti nilai-nilai yang disebarkan dan orang bisa merasakan kehambaran ilmiah dari tulisan jenis ini.
7. Alasan Analogi
Para objektivis membela kadar objektivitas kajian sejarah dengan ilmu-ilmu eksak. Dalam ilmu-ilmu eksak, para ahli mengatakan objektivitas ilmu itu mungkin dan ada tolok ukur untuk menetapkan kadar objektivitasnya. Ilmu sejarah sejarah juga memiliki tolok ukur keobjektifan. Maka harus ada penghormatan dalam hal objektivitas terhadap pengkajian sejarah seperti perghormatan pada ilmu eksak.
Objektivisme Sejarah Menurut Karl Popper
Masing-masing generasi memiliki persoalan dan masalahnya sendiri. Sehingga memiliki kepentingan dan sudut pandang sendiri. Setiap generasi berhak memikirkan dan mereinterpretasi sejarah menurut caranya sendiri. Interpretasi tiap-tiap generasi akan saling komplementer, dalam artian interpretasi generasi sekarang akan bersifat komplementer dengan interpretasi generasi sebelumnya. Seluruh sejarah bergantung pada interes kita. Yang ada ialah berbagai sejarah, dan tidak pernah ada sejarah tunggal.
Orang mempelajari sejarah paling tidak memiliki 2 motif, ketertarikan pada sejarah, dan pemahaman bahwa belajar sejarah merupakan belajar tentang persoalan kita sendiri. Menurut Popper tujuan dari 2 motif ini tidak akan tercapai jika pengaruh ide objektivisme yang sesungguhnya tidak dapat diterapkan masih kuat, dan apabila kita ragu-ragu mempresentasikan masalah-masalah historis dari sudut pandang kita. sikap yang seharusnya dimiliki adalah kita mestinya tidak berpikir bahwa sudut pandang kita, jika secara sadar dan kritis diterapkan pada masalah ini, akan bersifat inferior terhadap sudut pandang penulis yang secara naif menyakini bahwa ia tidak menginterpretasikan dan telah mencapai suatu tingkat objektivitas yang mengizinkannya mempresentasikan peristiwa-peristiwa masa lalu seolah-olah peristiwa tersebut benar-benar terjadi secara aktual.
Popper yakin komentar-komentar pesonal yang ditemukan dalam penulisan sejarah mendapat justifikasi, karena komentar tersebut bersesuai dengan metode historis. Sikap/pandangan yang penting adalah menjadi sadar akan sudut pandang seseorang dan kritis, guna menghindari sejauh mungkin bias yang tanpa sadar dan akibat dari tidak kritisnya orang mempresentasikan fakta-fakta.
Daftar Sumber buku
Ankersmit.F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah. Jakarta : Gramedia
Lubis.H.Nina.2008. Metode Sejarah. Bandung. Satya Historika
Sumber Internet
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/07/24/pentingnya-interpretasi-baru-dalam-sejarah-menurut-karl-raimund-popper
Mata Pelajaran : PKn
Hari/Tanggal : Minggu, 27 Desember 2009
Waktu : 10.00- 11.00 WIB
Program : Paket C ( Setara SMA)
Tutor : Deden Wahyudin S.S
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2009/210
Pertanyaan
1. Menurut Pemahaman anda sendiri, apa yang dimaksud dengan konsep Budaya politik? Jelaskan !
2. Kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, seharusnya kita melestarikan budaya politik seperti apa?
3. Menurut Pendapat anda, apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila itu? Jelaskan !
4. Apakah menurut anda lembaga peradilan di Indonesia ini sudah sejalan dengan prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila? Jelaskan dan berikan contoh kongkrit!
5. Menurut anda, mengapa Negara Indonesia dianggap cocok menggunakan paham Demokrasi Pancasila?
6. Menurut anda, apakah pelaksanaan pemilu legilatif dan presiden 2009 kemarin sudah sejalan dengan paham-paham yang ada dalam konsep Demokrasi Pancasila?
7. Coba anda berikan contoh prilaku sebagai warga Negara Indonesia yang baik sesuai poin-poin yang terdapat dalam Konsep Pancasila!
-SELAMAT BEKERJA-
Hari/Tanggal : Minggu, 27 Desember 2009
Waktu : 10.00- 11.00 WIB
Program : Paket C ( Setara SMA)
Tutor : Deden Wahyudin S.S
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2009/210
Pertanyaan
1. Menurut Pemahaman anda sendiri, apa yang dimaksud dengan konsep Budaya politik? Jelaskan !
2. Kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, seharusnya kita melestarikan budaya politik seperti apa?
3. Menurut Pendapat anda, apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila itu? Jelaskan !
4. Apakah menurut anda lembaga peradilan di Indonesia ini sudah sejalan dengan prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila? Jelaskan dan berikan contoh kongkrit!
5. Menurut anda, mengapa Negara Indonesia dianggap cocok menggunakan paham Demokrasi Pancasila?
6. Menurut anda, apakah pelaksanaan pemilu legilatif dan presiden 2009 kemarin sudah sejalan dengan paham-paham yang ada dalam konsep Demokrasi Pancasila?
7. Coba anda berikan contoh prilaku sebagai warga Negara Indonesia yang baik sesuai poin-poin yang terdapat dalam Konsep Pancasila!
-SELAMAT BEKERJA-
Langganan:
Postingan (Atom)